Dinamika Hidup

Bulan Oktober telah berlalu, disambut dengan November, dan menandakan bahwa aku telah penuh dua bulan bekerja di lapangan pada perusaan tempatku bekerja saat ini.

Belum ada sesuatu yang berubah signifikan. Belum ada peningkatan sales yang selalu diharapkan perusahaan, oh, mungkinkah bulan ketiga ini aku bisa achieve. Menjadi sebuah pertanyaan besar yang jawabannya masih jauh di langit.

Sebuah perubahan awalnya memang harus selalu mengalami kesulitan, itu prinsip yang ku pegang teguh dari dulu. Tak ada usaha dengan niat yang baik dan benar akan sia-sia, bila hasilnya tak hari ini, mungkin saja besok, lusa, minggu, atau bahkan bertahun-tahun ke depan.

Hari ini, tahun yang lalu, aku masih mengikuti ujian CPNS Kemdikbud untuk penempatan di RS Pendidikan yang dibangun di depan kampus kami. Dan, besoknya sebelum subuh aku sudah harus berangkat ke Bandara, untuk terbang ke Jambi, tempat aku kerja pertama pasca kuliah apoteker. Hehehe...Sungguh, waktu begitu cepat, ternyata hingga hari ini, itu sudah satu tahun. Dan, saat ini aku di Lampung, tahun depan belum tentu tetap disini. Hmmm.. Bebas kok, gak ad yang larang mau kemana saja. Indahnya masa muda.

Setiap perjalanan akan ada rasa, aroma, suara, dan warna yang melekat. Meninggalkan memori dalam kenangan, yang akan bangkit saat ada hal yang mirip atau sama. Akan terasa indah jika kita merasakan hal-hal yang indah.

Bebicara mengenai pekerjaan, ada plus minusnyalah, baik pekerjaan yang dulu maupun saat ini. Kalau orang tuaku sih mengatakan aku orangnya tak sabaran dalam bekerja, tapi kalau menurutku, akulah orang yang sangat sabar.Hehehe..

Rindu? Ya pasti rindu dengan keluarga di Medan. Perjuangan saat bersakit-sakit selama masa kuliah, menjadi hal yang tak bosan-bosan untuk kami ceritakan saat bertemu maupun saat berteleponan. Heehhe..Biarlah hanya kami saja yang tahu, yang akan menghibur kami dan memotivasi adik-adik kami.

Dulu waktu masih kuliah, pernah mikir, mungkinkah aku akan bisa keluar dari kotaku, dan menjelajah di negeri ini, terus bisa ke Jepang?

Alhamdulillah ternyata, tanpa mengeluarkan uang serupiah pun aku bisa terbang ke Jambi, Batam, Jakarta, Palembang, Bandar Lampung. Sungguh, hal yang sangat sulit untuk terjadi saat terpikir oleh ku dahulu. Alhamdulillah, terima kasih buat ayah dan ibuk, yang telah bersusah payah untuk membiayai kami agar bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik.

Meskipun, hingga saat ini, aku belum bisa memberikan sesuatu yang bermakna untuk mereka, namun doa selalu untuk mereka, paling tidak aku bisa bantu biaya untuk berangkat haji mereka nantinya.

Bandar Lampung, 3 November 2014

Edisi Rindu