Uji Antimutagenik Ekstrak Metanol
Bunga Pepaya
Alam sudah menjadi sumber bahan
berkhasiat selama ribuan tahun. Dalam beberapa tahun terakhir banyak kalangan
akademisi serta perusahaan-perusahaan farmasi yang tertarik denga produk alam,
karena berpotensi sebagai sumber obat baru. Dari tahun 1983-1994 telah
ditemukan 520 obat baru yang legal, 39% dari penemuan tersebut merupakan produk
alam serta turunannya, dan 60-80% obat antibakteri dan antikanker berasal dari
alam. Sehingga pada saat ini penggunaan obat herbal saat ini menjadi lebih
popular dalam bentuk suplemen makanan, nutraceutical, obat tambahan dan obat
pengganti (Sarker, et al., 2006).
Berdasarkan pencarian literatur
menggunakan komputer didapatkan lebih dari 25.000 artikel dipublikasikan
sebagai antimutagenik dan antikarsinogen selama 25 tahun terakhir, sekitar 80%
tanaman ini digunakan sebagai makanan atau juga untuk tujuan pengobatan. Senyawa
bioaktif ini memiliki gugus kimia yang bervariasi seperti fenol, pigmen warna,
alilsulfida, glukosinolat, tanin, antosianin, flavonoid, fitosterol, protease
inhibitor, dan fitoestrogen (Ahmad, 2006).
Sumber: https://encrypted-tbn0.gstatic.com
Telah diteliti fitokimia dan
diuji aktivitas antioksidan bunga jantan segar pepaya gantung (Carica papaya
L., Caricaceae). Hasil penapisan menunjukkan adanya flavonoid, tanin,
steroid-triterpenoid, dan karbohidrat. Hasil uji aktivitas antioksidan dengan
metode reduksi larutan 1,1-difenil-2-pikilhidrazil menunjukkan bahwa ekstrak
metanol memiliki aktivitas penangkap radikal bebas paling kuat dengan nilai
EC50 0,3537 mg/mL (Indrawati, dkk., 2002).
Menurut WHO (Organisasi Kesehatan
Dunia) setiap tahun jumlah penderita kanker di dunia bertambah 6,25 juta orang
(Yayasan Kanker Indonesia, 2008). Di United Stated lebih dari 1,3 juta kasus
kanker baru ditemukan, dan sekitar 570.000 pasien meninggal setiap tahun
(Ruddon, 2007). Demikian juga setiap
tahun di United Kingdom sebanyak 270.000 orang didiagnosa menderita kanker
(Gabriel, 2007). Sedangkan di Negara Indonesia diperkirakan setiap tahunnya
terdapat 100 penderita kanker yang baru dari setiap 100.000 penduduk menurut
hasil Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan R.I.. Kematian
yang disebabkan kanker dari tahun ke tahun sebagai berikut 1,3‰ (1972), 3,4‰
(1981), 4,5‰ (1989), 4,9‰ (1995). Demikian pula angka kejadian prevalensi ialah
3,2‰ (1987), 3,7‰ (1988), 4‰ (1989) (Yayasan Kanker Indonesia, 2008).
Mutasi merupakan perubahan yang
terjadi pada gen atau pada kromosom.
Mutasi dapat dikaitkan dengan timbulnya
beragam kelainan, termasuk penyakit kanker. Selain dapat terjadi secara spontan, mutasi juga dapat
diinduksi oleh berbagai faktor seperti radiasi, senyawa kimia tertentu, dan
virus. Faktor-faktor penginduksi mutasi dikenal sebagai mutagen
(Purwadiwarsa, dkk, 2000).
Uji Mikronuklei dikembangkan oleh
(Schamid 1975) dan (Heddle 1973) merupakan suatu metode pemeriksaan yang secara
luas digunakan untuk mendeteksi efek genotoksik dalam waktu singkat secara in
vivo dan in vitro (Saleh, 2010). Mikronuklei yaitu badan-badan kromatin halus
yang terbentuk di sitoplasma karena terjadinya kondensasi pada fragmen kromosom
asentrik atau seluruh kromosom (Shahrim, et al., 2006). Bila situasi ini
terjadi, materi genetik yang tidak dimasukkan ke dalam inti baru bisa terbentuk
sendiri yang disebut mikronukleus,
dengan ukuran sekitar 1 / 20 - 1 / 6 diameter sel itu sendiri, yang
jelas terlihat di bawah pemeriksaan mikroskop (Sofyan, et al., 2005).
Siklofosfamid tidak aktif secara
in vitro, dan harus diaktifkan secara enzimatis di dalam hati untuk
menghasilkan senyawa metabolit aktif (senyawa pengalkilasi) dan metabolit
toksik (Nitrogen Mustard). Senyawa metabolit aktif tersebut bekerja dengan cara
berikatan silang dengan DNA dan akan mempengaruhi pertumbuhan sel kanker maupun
sel pada jaringan normal. Pada sistem hematologi obat ini dapat menekan sumsum
tulang (Anderson, et al., 2002; Tatro, 2003).
Berdasarkan uraian di atas
penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini. Penulis tertarik meneliti
bunga pepaya jantan sabagai antimutagenik karena berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan dan studi literatur kandungan dalam bunga papaya jantan
tersebut memilki sifat yang berpotensi sebagai antimutagenik misalnya senyawa
flavonoid. Selain itu, pengujian secara mikronukleus untuk melihat adanya
perubahan pada materi genetik adalah cara yang sangat mudah paling umum
digunakan oleh peneliti.
Untuk mendapatkan proposal
komplit dalam bentuk format pdf klik DISINI
0 komentar:
Post a Comment