Apa tujuan kita mengkonsumsi
obat? Pasti jawabnya adalah untuk sembuh dari penyakit yang kita derita. Apakah
hanya dengan mengkonsumsi obat begitu saja kita akan sembuh? Bahkan, saya
pernah mendengar sesorang bicara, kalau misal dia kumpulkan obat yang telah dia
konsumsi, mungkin sudah ada satu bakul. Saya tidak dapat menjamin Anda akan
sembuh dari penyakit jika Anda hanya mengkonsumsi obat, apalagi antibiotik,
jika cara pakainya salah saya bisa menjamin Anda bukan mendapatkan kesembuhan,
justru menambah sulit sembuh penyakit Anda.
Sumber: www.arhysinjai.com
Sebelum membahas bagaimana cara
yang benar dalam menggunakan antibiotik, sedikit akan dijelaskan mengenai
antibiotik tersebut. Awalnya, antibiotik itu didefinisikan sebagai suatu zat
yang dilepaskan oleh suatu organisme yang dapat menekan pertumbuhan organisme
lainnya. Namun, saat ini defenisi tersebut sudah mencakup antimikroba sintesis.
Penisilin adalah antibiotik yang ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun
1928 saat meneliti di salah satu rumah sakit di London. Namun, dengan
berkembangnya teknologi saat ini sudah banyak dikembangkan turunan dari
penisilin tersebut, bahkan ada juga antibiotik golongan-golongan lainnya yang
sudah ditemukan dan sudah digunakan dalam terapi.
Untuk dapat memberikan efek
terapi, suatu obat harus mencapai konsentrasi tertentu di dalam darah, dan
konsentrasinya tersebut tidak sama untuk semua jenis obat (membahas
antibiotik). Dengan demikian dibuatlah suatu sediaan dengan dosis dan cara
pakai tertentu. Jadi untuk mendapatkan terapi yang diinginkan, konsentrasi obat
dalam darah harus dipertahankan pada konsentrasi terapi. Untuk mempermudah
memahaminya saya akan buat dalam bentuk grafik sederhana.
Sumber: sitobufarma (koleksi pribadi)
Jadi, Supaya kita mendapatkan
efek terapi optimal suatu obat, kita harus mempertahankan konsentrasi obat
dalam darah pada konsentrasi terapi (berwarna hijau) selama mengkonsumsi obat.
Biasanya, dosis dan cara pakai yang dianjurkan oleh Apoteker saat menyerahkan
obat akan memberikan konsentrasi terapi, jika pasien mengikuti anjuran yang
diberikan Apoteker. Makanya, ada obat yang diberikan Sekali sehari, dua kali
sehari, tiga atau ada yang empat kali sehari.
Bagian bawah konsentrasi terapi
berbatasan dengan konsentrasi subterapi. Apabila selama konsumsi obat,
konsentrasi obat hanya dicapai pada konsentrasi subterapi, maka kemungkinan
besar pasien tidak akan sembuh dari infeksi yang dideritanya, justru malah akan
menambah kekuatan penginfeksi karena penginfeksi akan membentuk sistem
pertahanan yang baru yang lebih kuat (resistensi). Sedangkan pada bagian atas
Konsentrasi terapi berbatasn dengan konsentrasi toksik. Dimana, apabila
konsentrasi obat dalam darah mencapai konsentrasi toksik dapat menyebabkan
kercunan obat pada pasien. Keracunan obat dapat bersifat fatal bahkan dapat
menyebabkan kematian pada obat-obat yang memiliki range terapi sempit.
Sehingga, biasanya kalau di rumah sakit, obat-obat yang memiliki range terapi
sempit, kadar obat dalam darah pasien harus selalu dikontrol.
Apa saja hal-hal yang
memungkinkan terjadinya obat pada konsentrasi subterapi atau pada konsentrasi
toksik?? Jawaban utamanya adalah KETIDAKPATUHAN PASIEN dalam hal cara dan waktu
mengkonsumsi obat sesuai dengan yang dianjurkan oleh dokter atau apoteker.
Misal. Ada suatu antibiotik yang
diresepkan, cara pakainya sehari tiga kali satu tablet. Bagaimanakah Anda
memahami cara tersebut? Biasanya, Anda akan meminum obat tersebut tiga kali
sehari setiap habis makan. Demikian bukan? Apakah cara ini benar?? Cara yang
benar bukanlah demikian.
Oke. Mari kita bahas dimana
kesalahannya dan bagaimana cara yang benarnya?
Sehari, normalnya kita makan tiga
kali. Sarapan pagi (jam 7), makan siang (jam 1 siang) dan makan malam
(kira-kira jam 8). Kalau mengikuti ini pola konsumsi obat antibiotik yang
carapa pakai sehari 3 kali, apa yang akan terjadi?? Jarak antara dari jam 7
pagi-1 siang adalah 6 jam, dari jam 1 siang-8 malam adalah 7 jam dan jarak dari
jam 8 malam-7 pagi lagi adalah 11 jam. Jadi, jika kita mengikuti pola ini maka
jarak waktu konsumsi obat adalah 6, 7, dan 11 jam. Pola jarak waktu konsumsi
yang tidak teratur inilah yang akan memungkin terjadinya konsentrasi obat dalam
darah pada daerah subterapi ataupun pada konsentrasi toksik. Jarak yang terlalu
dekat akan menimbulkan konsentrasi obat mencapai konsntrasi toksik, sebaliknya
jarak yang terlalu jauh akan memungkinkan konsentrasi obat dalam darah pada
konsentrasi subterapi.
Setelah kita melihat kesalahan di
atas, maka akan dibahas bagaimana cara yang benar. Bagaimana kira-kira menurut
Anda? Saya yakin, Anda sudah akan mengerti. Yup, kita meminum obatnya tiga kali
sehari, setiap delapan jam. Apakah ini harus? Iya, harus. Jika tidak, kejadian
seperti yang salah di atas. Anda dapat merancang sendiri kapan saja anda akan
meminum obat antibiotik supaya tidak meminumnya pada waktu yang terlalu malam
atau terlalu pagi. Atau Anda dapat menanyakan kepada apoteker di apotek saat
Anda membeli obat, supaya dirancang kapan saja waktu Anda meminum obat.
Sama halnya untuk obat antibiotik
dengan cara minum 1, 2, atau 4 kali sehari. Kalau yang satu kali berarti
diminum setiap 24 jam, dua kali sehari berarti diminum setiap 12 jam dan kalau
empat kali sehari diminum setiap enam
jam.
Selain yang di atas, apalagi
masalah yang sering terjadi sehingga pengobatan dengan antibiotik gagal? PASIEN
TIDAK MENGKONSUMSI OBAT SAMPAI HABIS. Kadang, satu sampai tiga kali kita minum
obat sudah mulai terasa mendingan, sehingga kita STOP meminum obat, padahal obat
antibiotik yang diresepkan masih tersisa. Ini juga akan menjadi problem pada
pasien. Kenapa? Kemungkinan besar, jika sejumlah obat yang diresepkan dokter
tidak dihabiskan, maka penginfeksi yang menyerang tubuh belum sempat
tereradikasi (terbunuh) semua. Sisa-sisa yang belum terbunuh inilah yang dapat
berkembang biak kembali dan akan menginfeksi ulang pada tubuh. Jangan harap,
akan sembuh lagi dengan meminum antibiotik dengan jenis dan dosis yang sama
untuk mengobati infeksi ulang ini. Biasanya, penginfeksi juga sudah resisten
dengan obat yang sebelumnya.
Jadi, sangat penting untung
mematuhi anjuran yang diberikan oleh dokter maupun apoteker supaya pasien dapat
sembuh dari penyakitnya (terutama pengobatan infeksi dalam hal ini). Saat
menebus resep ke apotek, tanyakan pada apoteker apakah dalam resep terdapat
antibiotik atau tidak, bagaimana waktu dan cara meminum obat yang diresepkan.
Bila perlu, minta apoteker untuk merancang kapan harus meminum obat.
Demikianlah sedikit mengenai cara
pakai/konsumsi antibiotik yang baik dan benar, semoga dapat membantu.
Modified: Bandar Lampung 26 Desember 2014
Modified: Bandar Lampung 26 Desember 2014
0 komentar:
Post a Comment