Aku sedang tinggal di kawasan para petinggi penjaga keamanan negara
ini. Aku bersama profesor dari kampus mendapat tugas penelitian khusus pada
laboratorium di komplek ini. Hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk komplek
ini, penjagaannya sangat ketat. Rumah-rumah dalam komplek ini sangat-sangat
mewah dilengkapi berbagai fasilitas modern yang canggih, yang tidak terlihat
oleh ku di luar sana. Oh, sungguh bahkan aku tidak menyangka mendapat tugas di
tempat seperti ini.
Aku termasuk ke dalam orang yang beruntung mendapat tugas ini, sangat
jarang ada kesempatan seperti ini, sungguh tak akan ku sia-siakan untuk
mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah ku pelajari dari bangku perkuliahan selama
ini, fikirku.
Di luar, sudah lama terjadi kegaduhan. Rakyat kian berontak atas
ketidakadilan yang dirasakan. Demo dimana-mana, kerusuhan tak kalah juga
mewarnai setiap daerah negeri ini. Ya, aku rasa ketidakadilan itu benar-benar
nyata, ketika mendapat tugas bersama profesor saya di komplek ini.
Bahkan, kami diberi hak istimewa. Diberikan satu laboratorium khusus
dengan berbagai peralatan dan bahan yang lengkap, kami butuh apa pun, tinggal
bilang, akan segera diadakan. Tunjangan yang kami terima pun bukan sedikit jika
kami berhasil melakukan riset ini. Bayangkan, kami hanya diberi target 3 bulan
dan akan diberi tunjangan sebesar 3 M.
Selama 3 bulan, aku hanya boleh tinggal di laboratorium, dan sesekali
keluar, namun tidak boleh keluar kompleks, hanya profesor yang boleh keluar
sesekali. Ya, tidak apalah kalau setelah keluar bisa bawa uang miliaran,
hihihihi..
Di komplek ini aku sempat berkenalan dengan satu keluarga. Mereka
ramah, dan baik juga. Hanya sesekali aku berkunjung ke rumah itu, kalau pekerjaan
membantu profesor di laboratorium selesai.
Berita demo dan kerusuhan di luar sudah sampai ke orang-orang dalam
kompleks. Dan, bahwa di luar, rakyat sudah berhasil menghimpun anggota untuk
melakukan pmberontakan serta akan melakukan penyerangan, tempat ini satu
menjadi sasaran penyerangan. Aku santai saja dengan isu itu, bagaimana mungkin
tempat seperti ini bisa ditembus sembarangan, profesor juga mengatakan
demikian. Hehehe...
Malam minggu ini, jadwal di laboratorium tidak ada aktivitas yang
menghabiskan waktu banyak, hanya pengontrolan dan pengamatan berkala. Aku
mendapat izin dari profesor untuk ke luar laboratorium sebentar, jadi profesor
ku tinggal sendiri di laboratorium.
Aku mendatangi rumah yang sudah pernah aku datangi sebelumnya. Aku
jumpai mereka sedang berkumpul dan bermain bersama di serambi rumahnya yang
mewah. Bayangkan saja, di garasi rumah saja terparkir lima mobil yang
masing-masing harganya miliaran. Berarti perorang punya satu mobil, karena
anggota keluarga dalam rumah ini ada lima orang. Busyet... Fikirku... Betapa
glamor kehidupan mereka disini. Tapi mereka sangat ramah dengan ku. Setiap aku
datang pasti disambut dengan hangat oleh semua mereka, terutama anak gadis yang
pertama kali kutemui saat berpapasan dengannya pertama kali aku mendapat tugas
bersama profesor di komplek ini. Wkwkwkkk..
Saat kami sedang asyik mengobrol, tiba-tiba alarm semua berbunyi,
sebagai tanda bahaya. Semua jadi ricuh..
Aku pun, dengan reflek, tanpa sempat permisi, lari, laboratorium,
laboratorium, fikirku.
Aku pun berlari menuju laboratorium, saat melewati lapangan bola kaki
sebelum sampai laboratorium
Aku melihat sudah banyak truk-truk gerobak yang disertai dengan
senjata di atasnya menghadang. Sasaran pun mengarah ke aku. Aku hanya terus
berlari menuju laboratorium. Untung saja, tak satu pun peluru yang mengenai
aku.
Sesampai di gedung, buru-buru aku masuk, mengunci pintu kembali dan
langsung naik ke lantai 3 menemui profesor di laboratorium.
Ternyata, di laboratorium kondisi masih terkendali dan aman. Saat
sampai di atas, ku jumpa profesor dan salah satu petugas kendali.
Dia sempat bilang, kita sebenarnya ada simpan alat yang bisa
menghadang pemberontak ini, dan langsung menunjukkannya pada kami. Tapi, tak
digunakan tuh alat. Suara serangan sudah semakin mendekat laboratorium. Aku
semakin panik, inilah akhir hayat kami, tewas di laboratorium ini, fikirku.
Tiba-tiba profesor berceloteh, tenang saja. Kita aman, katanya. Sambil
dia berjalan menuju meja kerjanya, dan mendorong dinding di belakang meja
kerjanya tersebut. Aku heran dengan profesor.
Ini pintu rahasia, kita manfaatkan ini, katanya. Aku hanya heran dan
terdiam. Profesor pun langsung masuk pintu rahasia tersebut, disusul petugas,
dan terakhir aku pun tidak mau tinggal sendiri, aku masuki pintu itu.
Apa yang terjadi setelah masuk pintu rahasia itu??
Ternyata aku meluncur di dalamnya. Gelap. Berliku, dan kemiringannya
semakin lama semakin berkurang, hingga terjatuhlah aku pada sebuah ruangan
dengan penerangan lampu kuning yang temaram.
Dan, tiba-tiba, aku terjaga, ku lihat cahaya matahari sudah menembus
jendela, ehh... Ternyata... Hah-@-@-haha....
Rupanya aku bermimpi.. :) :D
Modified: Bandar Lampung, 23 Desember 2014
0 komentar:
Post a Comment